# Simak cerita game Suikoden II yang penuh emosi, pengkhianatan, dan harapan. Dari perang antar negara hingga persahabatan yang diuji oleh takdir.
Ngetrenz – Di tengah perang besar yang mengadu dua kekuatan besar, cerita game Suikoden II menawarkan drama emosional yang jauh lebih dalam daripada sekadar pertarungan antar kerajaan. Kisahnya dimulai dari dua sahabat masa kecil, Riou dan Jowy, yang tiba-tiba terseret dalam konspirasi berdarah yang memecah belah negara dan hubungan mereka sendiri. Dari pengkhianatan kejam oleh pemimpin mereka, hingga keputusan berat yang memisahkan persahabatan, Suikoden II bukan cuma menyajikan cerita politik — ini adalah perjalanan tentang harga kekuatan, dan makna setia pada hati sendiri.
Apa yang membuat alur cerita game Suikoden II begitu kuat adalah ketegangan moral yang konstan dan karakter-karakter yang terasa hidup. Setiap pilihan terasa berbobot, setiap duel punya alasan emosional yang dalam. Dan pada akhirnya, semuanya mengarah ke satu titik: pertarungan yang bukan sekadar fisik, tapi juga batin dan masa lalu. Penasaran seperti apa kisah lengkapnya? Yuk, simak sampai akhir alur cerita game Suikoden II ini!
Baca Juga : Alur Cerita Lengkap Resident Evil 3 (2020): Perjuangan Jill Melawan Teror Nemesis
Awal Cerita Game Suikoden II
Di tahun 460 IS, kehidupan dua prajurit muda, Riou dan Jowy, berubah selamanya. Mereka bertugas di Brigade Unicorn, bagian dari pasukan Kerajaan Highland, dan malam itu mereka cuma tukar giliran jaga. Tapi yang terjadi selanjutnya? Jauh dari biasa. Sebuah serangan mendadak menghantam kamp mereka saat langit masih gelap gulita. Awalnya dikira pasukan Jowston yang menyerang, tapi kenyataan jauh lebih mengerikan.
Kapten mereka sendiri, Rowd, ternyata sudah berkhianat. Dia bekerja sama dengan Pangeran Luca Blight, si psikopat yang lebih suka darah ketimbang diplomasi. Mereka sengaja memancing Brigade Unicorn untuk dibantai, lalu menyalahkan Jowston supaya bisa memulai perang. Kejam? Banget. Dan saat Riou dan Jowy tahu soal rencana jahat ini, hidup mereka jadi target berikutnya.
Dengan kondisi terjepit dan dikejar oleh pasukan sendiri, mereka membuat janji satu sama lain—menandai sebuah “X” sebagai titik temu kalau sampai terpisah. Dan satu-satunya jalan untuk kabur? Lompat ke air terjun yang ganas sambil berdoa bisa selamat. Petualangan mereka yang sesungguhnya baru saja dimulai.
Riou kemudian diselamatkan oleh Viktor dan Flik—dua karakter veteran dari game pertama. Tapi bukannya langsung ditolong, dia justru ditahan di markas tentara bayaran. Nasib, ya, memang suka bercanda kadang.
Sahabat, Tertuduh, dan Pemberontakan Awal
Jowy nggak tinggal diam. Dia menyusup ke markas tentara bayaran dan berusaha menyelamatkan Riou. Percobaan pertamanya gagal, tapi dia tetap gigih. Mereka akhirnya berhasil kabur, membawa kebenaran tentang rencana Luca ke Viktor dan Flik. Sayangnya, dunia belum siap menerima kebenaran, dan langkah mereka masih panjang.
Dalam perjalanan pulang ke desa, mereka ketemu rombongan penghibur: Rina, Eilie, dan Bolgan. Tiga karakter penuh warna ini nggak cuma jadi teman perjalanan, tapi juga penyelamat—khususnya Rina, yang tahu cara “bernegosiasi” dengan penjaga gunung. Setelah mengalahkan monster kabut yang menghadang, mereka pun bisa kembali ke desa Kyaro.
Setiba di rumah, momen haru langsung menyapa. Nanami, kakak angkat Riou, menyambut mereka dengan pelukan dan air mata. Tapi sayangnya, kebahagiaan itu nggak bertahan lama. Rowd datang dengan tuduhan palsu: menyebut mereka mata-mata Jowston dan menyeret mereka untuk dieksekusi.
Jowy ditolak oleh ayah kandungnya, Riou dibawa seperti penjahat. Saat hendak dieksekusi di depan rakyat, Jowy berkata lantang: “Bukan kami yang mengkhianati negeri ini. Tapi negeri ini yang mengkhianati kami.” Boom! Kata-kata itu jadi awal dari sebuah revolusi yang membakar takdir mereka.
Luca Blight, Raja Gila yang Membakar Dunia
Tepat saat eksekusi akan dilakukan, Viktor dan Flik datang menyelamatkan. Dan yang paling keren? Nanami ternyata bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Mereka kabur kembali ke markas tentara bayaran, tapi kali ini mereka tak hanya dianggap tahanan—mereka diberi kepercayaan dan misi penting: rekrut sekutu baru.
Dalam perjalanan, mereka ke desa Toto dan bertemu keluarga yang merawat Jowy saat terpisah. Mereka juga bertemu Pilika, gadis kecil yang langsung mencuri hati Riou dan Jowy. Tapi saat mereka kembali, desa Toto sudah jadi abu. Dibakar habis oleh siapa lagi kalau bukan Luca Blight.
Apple, karakter dari game pertama, selamat dan menyampaikan pesan penting: pembantaian Toto hanya awal dari ambisi gila Luca untuk menguasai segalanya lewat perang. Target berikutnya? Markas para tentara bayaran. Riou, Jowy, dan kawan-kawan bersiap menghadapi mimpi buruk yang mendekat.
Luca Blight bukan sekadar musuh biasa. Dia menikmati pembantaian. Beneran. Dia turun langsung ke medan perang, membunuh warga sipil satu per satu, dengan tawa menyeramkan. Di sinilah titik baliknya—Riou dan Jowy memutuskan bergabung penuh dalam pasukan Viktor dan Flik, dan mulai menyusun perlawanan.
Baca Juga : Alur Cerita Game Resident Evil 6 (2012) : Ketika Masa Lalu, Darah, dan Dunia Bertabrakan
Kekuatan Takdir: Rune, Perang, dan Pengkhianatan
Sebagai bentuk kepercayaan, Riou mendapat pasukan sendiri setelah membuktikan diri dalam duel. Tapi meski sudah siap bertempur, strategi licik Luca membuat mereka kehilangan markas. Mereka nyaris mati, namun berhasil melarikan diri ke reruntuhan desa Toto.
Di sanalah, di sebuah kuil tersembunyi, kekuatan misterius memanggil mereka. Seorang wanita bernama Leknaat muncul—penjaga antara dunia, pemegang Rune Gerbang. Dia mengungkap bahwa mereka telah dipilih oleh salah satu dari 27 True Runes: Rune of Beginning.
Namun, kekuatan besar datang dengan harga mahal. Leknaat memperingatkan, jalan yang mereka pilih akan membawa penderitaan. Tapi Jowy langsung mengambil bagian gelap dari rune: Black Sword Rune. Sementara Riou mendapat bagian terang: Bright Shield Rune. Dua sahabat, dua jalan berbeda, tapi satu takdir.
Dengan kekuatan baru, mereka menyusuri reruntuhan peninggalan bangsa Sindar dan akhirnya tiba di kota Muse. Di sana, mereka bertemu Anabelle, walikota Muse, yang mengenali mereka bukan hanya sebagai prajurit biasa, tapi sebagai anak-anak dari orang-orang besar yang punya peran dalam sejarah—Genkaku, kakek angkat Riou dan Nanami, serta keluarga bangsawan Jowy.
Misi Penyusupan Gagal Total, Tapi Diselamatkan Sang Putri?
Di tengah tekanan perang yang makin dekat, Anabelle meminta Riou dan Jowy melakukan misi berbahaya: menyusup ke kamp musuh dengan menyamar sebagai prajurit Highland. Misi ini terdengar gila, tapi demi mendapatkan informasi soal pergerakan Luca Blight, mereka setuju. Awalnya, semua berjalan mulus—sampai mereka ketahuan sama si tukang bocor, Rowd.
Dalam pelarian panik, mereka sembunyi dalam sebuah tenda acak. Ternyata, itu adalah tenda keluarga kerajaan—tempat Putri Jillia sedang duduk santai. Alih-alih teriak, Jillia justru menyuguhkan teh dan membantu mereka kabur. Lah, kok bisa? Ternyata Jillia mengenali Jowy dari hari eksekusi, dan meskipun tahu mereka musuh, dia sadar bahwa perang ini disulut oleh kakaknya sendiri, Luca.
Obrolan mereka jadi momen sunyi di tengah kekacauan perang. Jillia mengungkapkan kebimbangannya terhadap ambisi Luca, tapi dia nggak tahu harus bagaimana untuk menghentikannya. Setelah suasana tenang, Riou dan Jowy kabur lagi, tapi Rowd tetap ngejar. Jowy lalu memutuskan menahan pasukan agar Riou bisa kabur, dan menggunakan kekuatan Rune-nya untuk menahan arus serangan.
Riou berhasil kembali ke Muse dan memberikan laporan ke Anabelle. Tapi saat ditanya soal Jowy, Anabelle tak berani menjanjikan apa-apa. Hal ini bikin Riou, Nanami, dan Pilika kecewa berat. Untungnya, beberapa hari kemudian, Jowy muncul kembali—penuh luka, tapi selamat. Pertemuan itu hangat, tapi di baliknya, bayangan kelam mulai menggantung.
Politik Kotor, Pembunuhan Diam-Diam, dan Pengkhianatan Seorang Sahabat
Musuh terbesar bukan cuma Luca Blight—tapi juga para politisi yang lebih sibuk debat daripada bertindak. Lima kota besar di Jowston berkumpul untuk menentukan langkah menghadapi Highland, tapi yang ada cuma ribut dan saling tuding. Belum selesai rapat, kabar datang: pasukan Highland sudah menembus perbatasan Muse.
Jowy mulai terlihat aneh. Malam-malam, dia ketahuan ngobrol diam-diam dengan orang asing. Esok harinya, Riou dan Nanami bertemu Anabelle yang menjelaskan sejarah tentang Genkaku, kakek angkat mereka. Tapi pertemuan itu harus ditunda karena para pemimpin, seperti walikota Tinto, malah menolak kerja sama. Situasi makin kacau.
Di malam hari, Riou mendapati Jowy sedang kembali melakukan pertemuan rahasia. Merasa curiga, mereka berniat bertemu Anabelle… dan terlambat. Jowy sudah lebih dulu di sana—untuk membunuhnya. Walau Annabelle sempat melawan, dia terluka parah. Riou dan Nanami masuk tepat saat Jowy melarikan diri. Seketika, mereka dituduh sebagai pembunuh.
Dalam napas terakhirnya, Anabelle meminta maaf atas perlakuan buruk negara terhadap Genkaku. Tidak ada waktu untuk berkabung, karena pasukan Highland sudah merangsek masuk. Riou, Nanami, dan Pilika pun kabur dari Muse dengan tuduhan berat di punggung mereka—meninggalkan kota yang dulu mereka perjuangkan.
Pertemuan Kembali, Vampir Abadi, dan Kekuatan Baru
Dalam pelarian menuju South Window, mereka bertemu lagi dengan Eilie, Rina, dan Bolgan. Ketemu teman lama di masa sulit memang bikin hati hangat. Bersama mereka, Riou dan kawan-kawan menyewa perahu dan akhirnya bertemu Viktor yang juga sedang mencari dukungan baru di selatan.
Tapi belum sempat rehat, muncul misi aneh: gadis-gadis di North Window menghilang. Viktor mencium bau lama—bau Neclord, vampir keji yang dulu dikira sudah dikalahkan. Dengan misi balas dendam yang menggebu, Viktor mencari kembali Star Dragon Sword, satu-satunya senjata yang bisa membunuh Neclord.
Dalam perjalanan, mereka bertemu seorang pemburu vampir yang tahu kelemahan Neclord: dia punya doppelgänger alias kembaran ilusi. Dengan bantuan si pemburu dan kekuatan pedang legendaris, Viktor menghadapi Neclord lagi. Meski berhasil mematahkan ilusi dan memukul mundur sang vampir, Neclord lagi-lagi kabur seperti biasa.
Saat mereka kembali, kabar buruk datang: South Window telah jatuh ke tangan Highland. Harapan seolah runtuh, tapi Apple—si ahli strategi dari masa lalu—muncul dengan harapan baru. Dia tahu satu orang yang bisa membantu: Shu, mantan murid dari guru strategi mereka dulu. Dan seperti dalam kisah klasik, Shu butuh diyakinkan lebih dari sekadar kata-kata.
Shu Sang Jenius, Kemenangan Pertama, dan Riou Menjadi Pemimpin Baru
Shu awalnya menolak ikut campur, tapi keteguhan Apple dan cerita tentang Genkaku akhirnya membuka hatinya. Setelah menyetujui untuk menjadi otak strategi mereka, Shu mulai menyusun rencana untuk menghentikan laju pasukan Highland. Dengan ketelitian luar biasa, dia menugaskan Riou memimpin tim serangan cepat untuk mengecoh jenderal musuh.
Rencana berjalan sukses besar. Highland dipaksa mundur untuk pertama kalinya. Ini bukan hanya kemenangan kecil—ini adalah titik balik moral bagi para pejuang Negara-Negara Serikat yang hampir kehilangan harapan. Dan di sinilah, Shu mengajukan ide gila tapi brilian: Riou harus memimpin pasukan sebagai simbol perjuangan baru.
Riou, dengan segala keraguannya, mulai memikul beban sebagai pemimpin pasukan New State Army. Tapi dengan kombinasi pengaruhnya yang karismatik dan otak tajam Shu, mereka mulai membentuk kekuatan militer yang bisa menyaingi Highland. Semua orang mulai melihat harapan baru dalam sosok Riou.
Di malam yang tenang, Viktor mengajak Riou duduk dan menceritakan sesuatu yang belum sempat diungkap Anabelle: kisah lama antara Highland dan Jowston 30 tahun lalu, di mana Genkaku dan Han Cunningham—dua sahabat sejati—berada di pihak yang berlawanan dalam perang besar.
Duel Terlarang dan Nama Baik yang Dicuri Sejarah
Di balik kisah masa kini, ada sejarah kelam yang membentuk semuanya—terutama nama besar Genkaku, kakek angkat Riou. Sekitar 30 tahun lalu, Genkaku adalah pahlawan perang dari Negara-Negara Serikat, dan Han Cunningham adalah jenderal tangguh dari Highland. Ironisnya, mereka bukan musuh sejak awal—mereka sahabat, dari desa yang sama, dan sama-sama muak dengan perang yang tak berkesudahan.
Saat Raja Highland, Agares Blight, menyarankan perang diakhiri lewat duel satu lawan satu antar jenderal, Han dan Genkaku setuju. Tapi di duel itu, Genkaku tiba-tiba menolak bertarung. Highland dinyatakan menang, dan Kyaro pun jatuh ke tangan mereka. Genkaku dicap pengkhianat dan dibuang oleh negaranya sendiri, tanpa tahu kebenaran pahit di balik duel itu.
Ternyata, pedang yang diberikan Darell, ayah Anabelle, sudah dilumuri racun. Kalau Genkaku menang, dia tetap dianggap curang. Kalau kalah, dia akan disebut pengecut. Tapi Genkaku memilih jalan ketiga: tidak menyerang sahabatnya sendiri. Saat kebenaran ini akhirnya terungkap, namanya dibersihkan… tapi Genkaku tak pernah kembali. Ia memilih hidup tenang di Kyaro, membesarkan Riou dan Nanami.
Viktor menutup kisah ini dengan satu pesan penting: Riou bukan hanya bayangan Genkaku. Dia adalah dirinya sendiri. Dan setelah malam yang emosional itu, Riou akhirnya menerima peran sebagai pemimpin pasukan Aliansi Baru untuk menghadapi invasi Luca Blight.
Bintang-Bintang Takdir Kembali Berkumpul
Di tengah keputusan besar itu, sosok yang sudah tak asing muncul kembali: Leknaat, sang peramal. Ia menyampaikan bahwa “Bintang-Bintang Takdir” mulai berkumpul, pertanda takdir besar kembali bergerak. Leknaat memberi Riou Stone Tablet of Promise—sebuah batu tempat nama-nama sekutunya akan tercatat seiring pertarungan mereka menghadapi kekuatan gelap.
Luc, sang penyihir dari game pertama, juga kembali bergabung bersama Riou. Dan belum sempat istirahat, datang utusan bernama Fitcher dari kota Two River. Dia ingin melihat langsung siapa pemimpin baru pasukan perlawanan. Riou pun mulai merekrut lebih banyak sekutu dan bergerak ke Two River.
Di sana, suasana sedang panas. Muncul konflik antara manusia, Kobold, dan Winger—tiga ras yang hidup berdampingan. Highland dengan licik menyodorkan perjanjian damai hanya ke manusia, bikin suku lain curiga. Dan benar saja, Highland malah menyerang manusia secara diam-diam, bikin semua pihak sadar kalau mereka cuma dipermainkan.
Untungnya, berkat kesatuan Winger dan Kobold, serangan bisa ditahan cukup lama sampai pasukan Riou datang mengepung balik. Sementara itu, di sisi musuh, Luca Blight kehilangan kesabaran karena pasukannya gagal lagi. Untuk menggantikan jenderalnya yang dihukum mati, Jowy secara mengejutkan mengajukan diri… dan diberi tugas untuk merebut Greenhill.
Topeng Sahabat: Saat Jowy Kembali sebagai Musuh
Saat Riou dan pasukannya belum siap bereaksi, kabar mengejutkan datang: Greenhill jatuh ke tangan Jowy hanya dengan pasukan kecil. Kota itu adalah kota pelajar, dan untuk menyusup, pasukan Riou mengirim tim yang cukup muda untuk menyamar sebagai murid. Di sana, mereka menemukan Teresa, mantan pemimpin kota, sedang disembunyikan oleh penduduk setia.
Sementara pasukan Highland mengembalikan tawanan Muse seolah sebagai gestur baik, ternyata itu hanya taktik jahat untuk mempercepat kehancuran Greenhill. Jumlah warga meningkat, logistik tidak cukup, dan ketegangan internal meruntuhkan moral sebelum pertempuran benar-benar terjadi. Tidak butuh pedang—cukup manipulasi.
Saat Riou dan kawan-kawan berniat menyelamatkan Teresa, mereka dikejutkan oleh kemunculan Rowd… dan lebih mengejutkan lagi: Jowy kini memimpin perburuan Teresa. Saat mereka bertatap muka, Riou tak sanggup berkata-kata. Jowy hanya memperingatkan agar tidak melawan, tapi diam-diam masih berusaha melindungi mereka dari kegilaan Luca.
Setelah kelompok Riou kabur, Jowy berbicara dengan dua jenderal Highland, Culgan dan Seed. Ternyata, keduanya juga muak dengan Luca dan mulai menjadikan Jowy sebagai pemimpin sesungguhnya. Di malam yang sama, Luca memberi Jowy hadiah atas keberhasilannya: satu permintaan. Jowy minta menikahi Putri Jillia… dan ajukan rencana rahasia yang belum terungkap ke siapa pun.
Baca Juga : Alur Cerita Game Resident Evil 8 Village (2021) Full Story: Perjalanan Tragis Ethan Winters!
Strategi Bertahan, Harapan Baru, dan Jalan Perang yang Tak Bisa Dihindari
Kembali ke markas, Riou dan para jenderalnya berdiskusi dengan Shu. Situasi politik makin genting. South Window sudah hancur, Muse dan Greenhill diduduki, Tinto menutup diri, dan hanya Two River yang berhasil bertahan. Aliansi butuh strategi baru—cepat.
Shu, dengan gaya dingin dan efisiennya, mulai memetakan arah perang berikutnya. Tapi di balik layar, Riou mulai dihantui oleh keputusan besar—antara tetap mengikuti takdir sebagai pembawa Bright Shield Rune, atau mundur dari jalur yang bisa merenggut lebih banyak teman. Perang ini bukan hanya soal pasukan, tapi juga kehilangan.
Sementara itu, banyak dari pasukan Riou bertanya-tanya: apakah mereka masih punya harapan? Jawabannya datang bukan dari kekuatan semata, tapi dari keyakinan. Riou, meski masih muda, mulai menunjukkan ketegasan yang membuat orang-orang percaya. Dia bukan hanya bayangan Genkaku, tapi simbol harapan baru.
Namun satu hal yang tak bisa dihindari: perang besar berikutnya semakin dekat. Dan yang lebih rumit? Musuh yang harus dilawan bukan hanya Luca Blight—tapi juga sahabat terdekatnya sendiri, Jowy, yang kini berdiri di sisi berseberangan… dengan alasan yang mungkin tak sesederhana kelihatannya.
Sekutu Terakhir: Saat Harapan Tergantung di Ujung Pedang
Dengan hampir semua kota besar sudah jatuh, Riou tinggal punya satu pilihan terakhir: Matilda. Wilayah ini punya pasukan sebesar Muse dan bisa jadi penentu perang. Dalam perjalanan, Riou bertemu kembali dengan Viki si penyihir teleport legendaris dari game pertama—yang, seperti biasa, muncul tanpa aba-aba dan langsung bergabung.
Mereka juga bertemu Miklotov, salah satu ksatria terhormat yang pernah bertarung bersama Riou di Bukit Jowston. Ia mengantar Riou menemui Gorudo, pemimpin Matilda. Tapi bukannya memberi harapan, Gorudo justru meremehkan pasukan Aliansi Baru dan menolak tawaran kerja sama dengan dingin.
Keesokan harinya, pasukan Highland terlihat di perbatasan membawa para pengungsi dari Muse yang mencoba melarikan diri. Tapi begitu tahu bahwa Luca Blight sendiri ada di sana, Gorudo mengambil keputusan keji—membiarkan para pengungsi dibantai demi menjaga garis pertahanannya. Miklotov, yang masih menjunjung kehormatan, sangat terpukul dengan keputusan itu.
Miklotov dan Riou pergi ke Muse untuk mencari tahu kebenaran langsung. Di sana, mereka melihat kengerian yang tak bisa dijelaskan—kegelapan aneh muncul dari kota, dan ternyata Luca sedang mengorbankan Muse ke Beast Rune demi ambisinya. Miklotov pun memutuskan mundur dari Matilda dan bergabung dengan Riou, diikuti Camus dan setengah pasukan ksatria. Satu langkah kecil, tapi berarti besar.
Pernikahan Politik, Raja Baru, dan Dosa Lama yang Terungkap
Di sisi lain, Jowy terus naik pangkat di Highland. Luca tahu banyak tentaranya mulai ragu padanya, jadi dia mempercayakan taktik ke tangan baru: Leon Silverberg, ahli strategi dari game pertama. Sementara itu, pasukan Riou mendapatkan kabar bahwa Jowy akan segera menikahi Putri Jillia dan diangkat sebagai ksatria Highland.
Tapi pesta itu punya rahasia mengerikan. Di tengah upacara, Jowy dan Luca secara terang-terangan meracuni Raja Agares Blight—ayah mereka sendiri. Dengan raja mati, Luca langsung mengambil alih takhta. Tapi motifnya bukan cuma kekuasaan. Luca benci ayahnya karena masa lalu kelam: saat bandit menyerang istana, sang raja kabur, meninggalkan istri dan anak yang belum lahir—Jillia. Luka itu tumbuh menjadi kebencian membara.
Di medan perang, Riou berhadapan dengan Kiba dan Klaus, dua jenderal Highland yang ditinggal begitu saja oleh Rowd atas perintah Raja Luca. Setelah menangkap mereka, Riou justru membuat kejutan: alih-alih membunuh, dia mengajak mereka bergabung. Setelah tahu raja mereka dibunuh oleh anaknya sendiri, Kiba dan Klaus pun berbalik arah.
Saat mereka mengevaluasi kekuatan pasukan, tercatat bahwa Aliansi Baru kini punya 25.000 prajurit. Masalahnya, Highland punya 3 kali lipat jumlah itu—dan waktu terus menipis. Tapi saat harapan mulai pudar, muncullah Sheena dari game pertama, menawarkan koneksi ke ayahnya: Presiden Republik Toran, bekas musuh Jowston. Dan ya, ini pilihan terakhir mereka.
Aliansi Baru, Musuh Lama, dan Serangan Terbesar Luca
Dengan tidak ada opsi lain, Riou menerima tawaran Sheena. Mereka pergi ke Republik Toran dan berhasil meyakinkan presidennya untuk membantu. Dia mengirim pasukan tambahan, dan juga memberi pilihan antara Valeria atau Kasumi—dua veteran hebat dari game sebelumnya—untuk memimpin mereka. Aliansi lama kini jadi sekutu.
Setibanya di markas, kabar buruk langsung datang: Luca Blight akan menyerang markas mereka secara langsung. Dia memimpin satu pasukan, Jowy memimpin pasukan kedua, dan pasukan ketiga dipimpin Sasarai, seorang utusan dari Harmonia yang punya masa lalu misterius dengan Luc, penyihir di pihak Riou.
Dengan jumlah musuh lebih dari dua kali lipat, satu-satunya strategi masuk akal adalah: potong kepala ular. Shu menyusun rencana untuk memancing Luca keluar dan menyerangnya secara langsung. Mereka menyiapkan 20.000 prajurit untuk menyergap satu batalion Luca dalam pertempuran penentu.
Saat pertempuran dimulai, rencana berjalan sesuai harapan. Tapi yang tak mereka duga, Luca bukan manusia biasa. Dia dibantu oleh Yuber, Black Knight dari game pertama, dan kekuatan brutalnya sulit dilawan. Luc harus menghadapi Sasarai satu lawan satu, menggunakan True Rune miliknya untuk memukul mundur musuh. Tapi Luca tetap bertahan, bahkan saat terkepung.
Raja Gila Terakhir: Pertarungan di Tengah Malam
Setelah pertempuran siang yang berdarah, malam itu Riou menerima tamu misterius: Leon Silverberg, yang menyerahkan surat peringatan. Isinya jelas: Luca akan memimpin serangan mendadak malam hari—dan ini adalah satu-satunya kesempatan terakhir untuk menghabisinya. Tapi apakah ini jebakan?
Tanpa ragu, Riou, Viktor, dan Flik memimpin kelompok terbaik mereka dalam penyergapan malam. Dan ya, mereka berhasil menangkap Luca dalam kondisi tidak siap. Tapi bahkan dalam keadaan terluka, Luca tetap mengerikan. Dibutuhkan tiga kelompok berbeda, bertarung secara bergantian dan saling menutup, untuk bisa menekan sang tiran.
Luca tetap melawan sampai napas terakhir. Dia menolak menyerah, tak peduli seberapa banyak luka di tubuhnya. Tapi malam itu, sang raja gila akhirnya tumbang. Dalam kondisi setengah hidup, ia masih sempat menatap langit dan tidak percaya telah kalah. Bahkan kematiannya pun jadi simbol dari kebencian yang tak pernah ia lepaskan.
Kemenangan ini mengubah segalanya. Highland kehilangan rajanya, dan Riou resmi mengukuhkan Aliansi Baru sebagai kekuatan yang tak bisa dipandang sebelah mata. Tapi satu hal belum selesai: Jowy masih di sana—dan pertarungan terakhir antara dua sahabat belum bisa dihindari.
Raja Gila Tumbang… Tapi Harga Kemenangannya Terlalu Mahal
Di medan pertempuran terakhirnya, Luca Blight tidak mati dengan mudah. Meski perangkap Shu berjalan sesuai rencana—panah demi panah menghujani pasukan Luca hingga porak-poranda—sang raja gila tetap maju. Dalam langkah terakhirnya yang penuh darah, dia menerjang langsung ke arah Riou untuk duel satu lawan satu.
Dengan kekuatan Bright Shield Rune dan tekad yang tak goyah, Riou akhirnya mengalahkan Luca. Tapi bukannya menyesal, Luca justru tertawa di akhir hayatnya. Dengan nada menghina, ia mencibir bahwa dibutuhkan begitu banyak orang hanya untuk menjatuhkan satu dirinya saja—dan menertawakan impian damai Riou sebagai sesuatu yang naif dan mustahil.
Semua menarik napas lega… namun mereka tahu ini bukan akhir segalanya. Dari kejauhan, Jowy dan Leon memperhatikan kematian Luca. Rencana mereka berhasil, dan Highland kini tanpa raja. Dalam waktu singkat, Jowy pun resmi dinikahkan dengan Jillia dan dinobatkan sebagai Raja Highland yang baru—mengambil kendali penuh atas kerajaan yang terbakar oleh perang.
Keesokan harinya, Jowy mengirim utusan ke Riou dengan membawa surat perdamaian. Pertemuan mereka dijadwalkan di Muse. Tapi saat dua sahabat ini kembali bertatap muka, suasananya jauh dari damai. Leon tiba-tiba memutar arah perjanjian dan mengajukan ultimatum: Negara Serikat harus menyerah total, atau mati di tempat. Beruntung, Viktor datang menyelamatkan Riou. Tapi Pilika tetap tinggal bersama Jowy… yang menolak untuk menembak sahabatnya dari belakang.
Kota Zombie, Vampir Kuno, dan Kutukan Tak Terduga
Belum selesai urusan dengan Highland, masalah lain muncul. Dari wilayah Tinto, kabar buruk menyebar: Neclord, vampir mengerikan dari masa lalu, kembali muncul dan mengancam seluruh kota dengan pasukan mayat hidup. Melihat peluang untuk menambah sekutu, Viktor menawarkan bantuan ke Tinto dengan syarat mereka bersedia bergabung dalam Aliansi.
Bersama Nanami dan Riou, mereka menghadapi Neclord yang kali ini lebih kuat dari sebelumnya. Vampir itu bahkan mencoba mengutuk Riou, tapi Bright Shield Rune melindunginya. Meski begitu, kekuatannya terlalu luar biasa, dan mereka terpaksa mundur. Riou bahkan pingsan dan baru bangun dua hari kemudian—saat Tinto sudah dikuasai kegelapan.
Untungnya, Viktor tidak tinggal diam. Setelah menemukan dua orang penting untuk menyegel roh Neclord selamanya, mereka kembali ke Tinto untuk menyerang balik. Dalam pertempuran sengit, Neclord akhirnya dikalahkan untuk terakhir kalinya—dan semua warga yang disandera dibebaskan. Untuk itu, Tinto resmi bergabung ke dalam barisan pasukan Riou.
Dengan bantuan Tinto dan sisa-sisa pasukan Muse, kekuatan Aliansi bertambah 7.000 prajurit. Kini, Riou bukan hanya pemimpin muda… tapi simbol harapan besar. Shu menyusun rencana balasan: serangan ke Greenhill. Tapi sebelum itu, Riou harus menghadapi duel sengit dengan seorang pembunuh dari Karaya bernama Lucia—yang akhirnya ia kalahkan dan ampuni.
Siasat di Balik Greenhill dan Pengkhianatan di Matilda
Saat rencana pembebasan Greenhill dimulai, Shu membagi pasukan. Satu kelompok akan menahan bala bantuan dari Muse, sementara yang lain menyusup ke Greenhill lewat jalur rahasia. Teresa, mantan walikota Greenhill, memimpin operasi ini bersama Riou. Namun, kejutan menanti mereka di dalam.
Di tengah kota, mereka berhadapan dengan Yuber dan monster yang ia panggil. Tapi tim berhasil menaklukkannya dan warga Greenhill menyambut Teresa kembali dengan tangan terbuka. Sayangnya, kemenangan ini adalah kedok. Begitu mereka kembali, kabar buruk datang—Matilda telah jatuh ke tangan Highland!
Ternyata, pembebasan Greenhill hanyalah pengalih perhatian. Sementara pasukan Riou terkonsentrasi di satu tempat, Jowy bergerak cepat dan mengambil Matilda tanpa perlawanan berarti. Apple, sang analis taktis, menyarankan untuk langsung memanfaatkan celah ini dengan merebut Muse sekarang juga.
Dalam persiapan menuju Muse, Riou bertemu dengan tokoh legendaris dari game pertama: Tir McDohl. Meskipun pendiam seperti biasa, Tir tetap membantu menyelamatkan seorang teman, dan bahkan memutuskan bergabung dengan Riou. Saat dua pahlawan generasi bertemu, harapan untuk mengakhiri perang kembali menyala.
Perang Dua Jalan Takdir: Riou dan Jowy, Sahabat Jadi Lawan
Dalam perjalanannya menuju Muse, Riou dikejutkan oleh kemunculan kembali Lucia, sang pembunuh dari Karaya. Kali ini dia tidak menyerang, tapi malah membawa mereka langsung ke… Jowy. Tanpa pengawal. Tanpa senjata. Jowy hanya meminta satu hal: agar Riou pergi jauh dan tidak ikut campur lagi, agar perang segera selesai.
Sayangnya, mereka sudah terlalu jauh menempuh jalan masing-masing. Keduanya saling memahami niat baik masing-masing, tapi tak bisa mundur. Dengan berat hati, mereka mengakhiri percakapan dan kembali ke pihak masing-masing, siap menghadapi perang yang tak terelakkan.
Penyerbuan ke Muse pun dimulai. Anehnya, pertahanan kota seolah terlalu mudah ditembus. Klaus mencium keanehan, dan kecurigaannya terbukti. Di dalam Muse, para pengikut Rune Kegelapan berkeliaran bebas. Luc menjelaskan bahwa Beast Rune—yang selama ini hanya jadi legenda—memang benar diwariskan kepada keluarga Blight oleh pendeta tinggi Harmonia, Sasarai.
Tapi Rune ini bukan sekadar simbol. Untuk membangkitkannya, dibutuhkan pengorbanan darah—dan itulah alasan sebenarnya mengapa Luca membantai warga Muse dulu. Perang ini bukan lagi soal politik atau kekuasaan. Ini sudah jadi pertarungan antara cahaya dan kegelapan yang melibatkan takdir, sahabat, dan korban jiwa yang tak terhitung.
Pertempuran Terakhir: Tak Ada Jalan Mundur Lagi
Setelah semua perang dan pengorbanan, akhirnya momen klimaks datang. Luc percaya bahwa kebangkitan Beast Rune akan memanggil iblis yang tak terkendali. Parahnya lagi, pasukan Highland mendekat lebih cepat dari yang diperkirakan, seolah mereka tahu setiap langkah pasukan Aliansi. Shu pun memutuskan: tidak ada lagi opsi mundur. Ini adalah perang penentu, sekali jalan.
Kekuatan Highland kini mencapai 55.000 pasukan, sementara pasukan Aliansi hanya punya 25.000. Dalam kondisi normal, itu berarti bunuh diri. Tapi Shu punya rencana gila — membagi pasukan. Jenderal Kiba akan menyerang langsung ke ibu kota Highland untuk memancing perpecahan, sementara Riou dan pasukan utamanya akan menggempur Matilda.
Sebelum bergerak, Leknaat muncul dan mengumumkan bahwa Riou telah berhasil mengumpulkan semua 108 Stars of Destiny. Dengan itu, Rune Bright Shield yang ia bawa kini terbuka sepenuhnya dan bersinar lebih kuat dari sebelumnya. Di Greenhill, Riou bertemu Jowy lagi untuk pertama kalinya di medan tempur dan berhasil mengalahkannya lewat siasat.
Dengan moral yang meningkat, mereka menargetkan Kastil Rockaxe. Tapi kemenangan ini mahal harganya—Jenderal Kiba gugur. Saat Riou dan Nanami masuk ke kastil, mereka bertemu Jowy. Di sana, Jowy menyampaikan niatnya untuk menciptakan negara kuat yang menyatukan dua pihak. Tapi niat itu buyar saat Gorudo datang dan berkhianat. Nanami terluka parah saat melindungi mereka, dan kemarahan Riou dan Jowy menyatu untuk mengalahkan Gorudo.
Darah, Api, dan Akhir Kekuasaan Highland
Nanami jatuh. Luka yang dia alami begitu parah hingga semua merasa saat-saat terakhirnya sudah dekat. Tapi perang belum usai. Shu memimpin pasukan untuk menguasai Matilda secara penuh, sementara Highland menarik mundur pasukan ke wilayah mereka sendiri. Kesempatan ini tak dilewatkan oleh Shu—perintah dikeluarkan: invasi ke ibu kota Highland dimulai.
Pertarungan antara dua taktik jenius pun terjadi. Shu menghadapi Leon langsung. Lewat strategi licik, Shu memancing pasukan Leon ke hutan, lalu membakarnya. Di antara api dan abu, Shu mengungkapkan bahwa ia akhirnya belajar melihat orang sebagai manusia, bukan alat. Ia menang bukan hanya karena rencana, tapi karena hatinya.
Pasukan Riou pun menerobos gerbang ibu kota Highland. Dalam perjalanan, mereka menghadapi Lucia dan akhirnya Han Cunningham, sahabat Genkaku. Han menantang duel demi menutup kisah duel terdahulu yang dihancurkan oleh politik kotor. Setelah Riou menang, Han menyerah dan menjelaskan bahwa hanya dengan kekuatan Rune mereka, perang ini bisa diakhiri.
Di sisi lain, Jowy bersiap mengucapkan selamat tinggal. Ia menyuruh Jillia dan Pilika untuk melarikan diri ke Harmonia, tempat aman yang telah ia siapkan. Ia tahu akhir sudah dekat, dan memilih menghadapi semuanya sendirian.
Bangkitnya Iblis dan Takhta yang Kosong
Saat Riou akhirnya mencapai istana, dia menembus barisan Seed dan Culgan. Di dalam, Leon mengungkapkan rencana terakhir Luca Blight: membangkitkan Beast Rune untuk menghancurkan dunia. Dengan darahnya sendiri, Leon memanggil iblis yang mengerikan itu. Pertempuran pun pecah—terberat dari semua yang pernah mereka hadapi.
Dengan kekuatan gabungan, pasukan Riou akhirnya berhasil mengalahkan makhluk mengerikan itu. Tapi begitu mereka mencapai singgasana… mereka hanya menemukan jubah Jowy di atas kursi raja. Istana mulai runtuh, dan Riou bersama rekan-rekannya segera melarikan diri dari kehancuran. Aliansi menang, tapi kemenangan ini terasa hampa.
Setelah beberapa hari, para pemimpin dari Tinto, Two River, hingga sisa Matilda dan Muse berkumpul. Diskusi penting dimulai: bagaimana masa depan negara-negara ini? Teresa mengusulkan pembentukan satu negara baru—yang kuat, bersatu, dan bisa berdiri menghadapi Harmonia. Semua setuju: negara itu akan bernama Dunan Republic.
Namun ketika semua berharap Riou menjadi pemimpin pertama republik ini… dia menolak. Semua terkejut, tapi Viktor paham. Riou telah cukup berkorban. Ia layak hidup damai, bukan jadi boneka politik. Riou lalu menghilang dari panggung sejarah… atau setidaknya, itulah yang semua pikirkan.
Akhir Cerita Game Suikoden II
Di tempat yang dulu jadi titik awal pelarian mereka, Riou kembali ke tepi air terjun—tempat mereka pernah bersumpah akan bertemu jika terpisah. Di sanalah Jowy sudah menunggu. Keduanya sudah bukan anak-anak lagi. Dengan tubuh lemah dan nyaris sekarat, Jowy mengakui penyesalannya—terutama karena membunuh Annabelle.
Dia juga iri pada Riou—pada caranya memimpin, dicintai banyak orang, dan tak pernah kehilangan jati diri. Jowy menjelaskan bahwa setiap kali dia memakai Black Sword Rune untuk menahan Beast Rune, hidupnya terkuras sedikit demi sedikit. Sekarang dia hampir mati.
Namun tiba-tiba, Bright Shield Rune milik Riou bereaksi. Dua Rune itu bersatu, menyembuhkan Jowy sepenuhnya. Saat itulah Leknaat muncul dan memohon agar mereka tidak mati sia-sia. Dunia masih bisa diperbaiki. Dan mereka berdua adalah kuncinya. Shu datang tak lama kemudian. Tapi bukan untuk menahan mereka… melainkan memberi satu hadiah terakhir.
Nanami… ternyata masih hidup. Saat insiden di Matilda, dia meminta Shu memalsukan kematiannya agar Riou bisa lepas dari rasa bersalah dan beban yang terlalu berat. Sekarang dia kembali—menunggu Riou di kampung halaman mereka, Kyaro.
Cerita ini pun berakhir di sana. Tiga sahabat: Riou, Jowy, dan Nanami, akhirnya kembali bersama. Bukan sebagai prajurit, bukan sebagai raja, bukan sebagai simbol… tapi sebagai keluarga yang akhirnya bebas untuk menjalani hidup mereka sendiri.
Terima kasih sudah mengikuti alur cerita lengkap Suikoden II — salah satu kisah perang, persahabatan, dan pengorbanan paling menyentuh dalam sejarah JRPG.